Minggu, 13 Januari 2013

Andhong

Delman atau andhong memang sudah tidak sepopuler dulu, hingga awal 1980-an. Beberapa memang masih ada yang ‘beroperasi’ di Pasar Legi, untuk sarana angkut kulakan para pedagang. Tapi, sebagai angkutan komersil yang bisa diakses masyarakat kebanyakan, nyaris tak ada lagi. Tapi uniknya, akhir-akhir ini, delman-delman dari Solo justru kerap disewa oleh berbagai pemerintah daerah atau event organizer, seperti Semarang, Cilacap, Jakarta, hingga Banyuwangi, Jawa Timur.
Seiring dengan kian ramainya Kota Solo sebagai daerah tujuan wisata populer di tanah air dan kerapnya dijadikan tempat pertemuan-pertemuann berskala nasional dan internasional, Pemerintah Kota pun membeli beberapa delman, bahkan punya koleksi kereta kencana. Kereta-kereta itu digunakan sebagai sarana menjamu tamu khusus/penting yang berkunjung ke Kota Solo.

Menurut penuturan Pak Bejo, warga Jajar, ia pernah diundang keluarga Presiden Yudhoyono untuk menjadi sais kereta kencana milik Pemkot Solo, yang digunakan untuk membawa pasangan pengantin Eddy Baskoro alias Ibas-Siti Rubi Aliya Rajasa. Kereta itulah yang kerap digunakan untuk mengangkut tamu-tamu khusus yang datang ke Solo, baik menteri, pejabat atau delegasi dari luar negeri.

Pak Bejo, termasuk juragan delman. Kini, ia memiliki beberapa kereta wisata berukuran kecil (populer dengan sebutan bèndi), hanya hanya muat dua orang. Ia juga memiliki banyak delman berkapasitas empat hingga enam orang dan kini merawat 23 ekor kuda di bagian belakang rumahnya.

Meski tak seperti tiga puluh tahun silam, kini ia merasa beruntung dengan banyaknya wisatawan yang datang ke Solo. Ia mengaku, delmannya sering disewa untuk turis keliling Kota Solo, selain pada menikmati bus tingkat Werkudara atau kereta uap Sepur Kluthuk Jaladara. Di luar kereta lama, bèndi lebih bisa dijadikan penopang ekonomi karena setiap akhir pekan selalu ramai disewa orang untuk mengeliling kota atau sekitar Stadion Manahan, tempat mereka mangkal.
Jumlah delman di Solo, kini tinggal 40-an. Tapi jika ada permintaan, ia bisa mendatangkan dari kota sekitar, seperti Karanganyar atau Boyolali. Sewanya pun tak mahal, antara Rp 250 ribu hingga Rp 350 ribu per hari, tergantung jarak/jumlah lokasi yang hendak dikunjungi.

Sedikitnya delman bisa dilihat di sekitar Pasar Gading, yang dulu merupakan pangkalan dokar/delman. Di utara plengkung Gading, di sebelah barat, dulu juga ada seorang ahli tapal kuda, yang melayani pasang/ganti tapal kuda. Di Pasa Legi pun, kini sudah jarang dijumpai delman sebagai sarana kulakan.
Semoga, dengan kian banyaknya pengunjung/wisatawan ke Solo, andong kembali menjadi moda transportasi wisata yang disukai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar