Delman atau andhong memang
sudah tidak sepopuler dulu, hingga awal 1980-an. Beberapa memang masih ada yang
‘beroperasi’ di Pasar Legi, untuk sarana angkut kulakan para pedagang. Tapi,
sebagai angkutan komersil yang bisa diakses masyarakat kebanyakan, nyaris tak
ada lagi. Tapi uniknya, akhir-akhir ini, delman-delman dari Solo justru kerap
disewa oleh berbagai pemerintah daerah atau event organizer, seperti
Semarang, Cilacap, Jakarta, hingga Banyuwangi, Jawa Timur.
Seiring dengan kian ramainya Kota Solo
sebagai daerah tujuan wisata populer di tanah air dan kerapnya dijadikan tempat
pertemuan-pertemuann berskala nasional dan internasional, Pemerintah Kota pun
membeli beberapa delman, bahkan punya koleksi kereta kencana. Kereta-kereta itu
digunakan sebagai sarana menjamu tamu khusus/penting yang berkunjung ke Kota
Solo.
Menurut penuturan Pak Bejo, warga
Jajar, ia pernah diundang keluarga Presiden Yudhoyono untuk menjadi sais kereta
kencana milik Pemkot Solo, yang digunakan untuk membawa pasangan pengantin Eddy
Baskoro alias Ibas-Siti Rubi Aliya Rajasa. Kereta itulah yang kerap digunakan
untuk mengangkut tamu-tamu khusus yang datang ke Solo, baik menteri, pejabat
atau delegasi dari luar negeri.
Pak Bejo, termasuk juragan delman.
Kini, ia memiliki beberapa kereta wisata berukuran kecil (populer dengan
sebutan bèndi), hanya hanya muat dua orang. Ia juga memiliki banyak
delman berkapasitas empat hingga enam orang dan kini merawat 23 ekor kuda di
bagian belakang rumahnya.
Meski tak seperti tiga puluh tahun
silam, kini ia merasa beruntung dengan banyaknya wisatawan yang datang ke Solo.
Ia mengaku, delmannya sering disewa untuk turis keliling Kota Solo, selain pada
menikmati bus tingkat Werkudara atau kereta uap Sepur Kluthuk Jaladara.
Di luar kereta lama, bèndi lebih bisa dijadikan penopang ekonomi karena
setiap akhir pekan selalu ramai disewa orang untuk mengeliling kota atau
sekitar Stadion Manahan, tempat mereka mangkal.
Jumlah delman di Solo, kini tinggal
40-an. Tapi jika ada permintaan, ia bisa mendatangkan dari kota sekitar,
seperti Karanganyar atau Boyolali. Sewanya pun tak mahal, antara Rp 250 ribu
hingga Rp 350 ribu per hari, tergantung jarak/jumlah lokasi yang hendak
dikunjungi.
Sedikitnya delman bisa dilihat di
sekitar Pasar Gading, yang dulu merupakan pangkalan dokar/delman. Di
utara plengkung Gading, di sebelah barat, dulu juga ada seorang ahli tapal
kuda, yang melayani pasang/ganti tapal kuda. Di Pasa Legi pun, kini sudah
jarang dijumpai delman sebagai sarana kulakan.
Semoga, dengan kian banyaknya
pengunjung/wisatawan ke Solo, andong kembali menjadi moda transportasi wisata
yang disukai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar